https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgliGQTEnMh76JsLGYGrjyB99ftyObtyEfa2ewsOD_VnrpgUuuJAJtlyxaAg_g0gBWJer3qHTyN4vBPDmoysKjro2exiP4oBPoYnVRYnWQP-PuMxmt5txkbCF0aW6cvQTF7Cxg3iP2tXGuB/s800/dance_flow.png Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ

Pengikut

Rabu, 25 Mei 2016

makalah teori motivasi



TEORI-TEORI MOTIVASI.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikolog Umum
Dosen Pengampu: Dr. Suyadi , M.A


Disusun oleh:
Devi Puspitasari (15430104)

PENDIDIKAN GURU RAUDLATUL ATHFAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikolog Islam tentang ” Teori- teori Motivasi”.
 Makalah  ilmiah ini telah kami susun dengan  maksimal dan  mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan  makalah  ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam  pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada  kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun  tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Teori-teori Motivasi dan kebutuhan akan pendidikan  dapat  memberikan  manfaat terhadap pembaca.
   
                                                                                     
Yogyakarta, 7 Maret 2016

Penyusun



Daftar isi
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................      1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................      2
DAFTAR ISI................................................................................................................................      3
BAB I PENDAHULUAN
a.       Latar belakang...................................................................................................................      4
b.      Rumusan masalah..............................................................................................................      4
c.       Tujuan...............................................................................................................................      5
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Motivasi..........................................................................................................      6
B.     Konsep-konsep motivasi...................................................................................................      6
C.     Tujuan Motivasi................................................................................................................      7         
D.    Teori – teori Motivasi........................................................................................................     7
E.     Model pengukuran motivasi..............................................................................................      14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................................................      15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................      16


BAB I
PENDAHULUAN
a.       Latar belakang
Motivasi memiliki peranan yang penting dalam proses pendidikan,
baik bagi pengajar maupun siswa. Seorang pengajar perlu memiliki motivasi agar dapat meningkatkan motivasi belajar dari siswanya. Sedangkan bagi siswa, motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar sehingga siswa tersebut senang belajar dan mendapat prestasi yang baik.  
Seorang mahasiswa perlu memiliki motivasi belajar karena terkadang sebagian besar orang mengalami penurunan keinginan untuk belajar ketika di perguruan tinggi. Penurunan hasrat untuk belajar ini bisa disebabkan karena berbagai hal, baik dari luar maupun dalam individu tersebut. Maka pentinglah adanya motivasi belajar, karena motivasi ini akan menumbuhkan semangat seorang mahasiswa untuk belajar sehingga bisa menyelesaikan study tepat pada waktunya dan memperoleh nilai yang memuaskan atau cumlaude.
Karena itulah motivasi belajar sangat diperlukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa agar siswa dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam bidang pendidikan.
b.      Rumusan masalah
1.      Apa pengertian Motivasi?
2.      Apa saja konsep Motivasi?
3.      Apa tujuan motivasi?
4.      Apa saja teori-teori motivasi?
5.      Apa saja model pengukuran motivasi?


c.       Tujuan
1.      Mengetahui  pengertian Motivasi.
2.      Mengetahui konsep-konsep motivasi.
3.      Mengetahui tujuan motivasi.
4.      Mengetahui teori-teori motivasi.
5.      Model pengukuran motivasi.


BAB I
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Motivasi
            Motivasi berasal dari kata lain “MOVERE” yang berarti dorongan atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.Menurut Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baikyang positif maupun yang negatif.
            Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha - usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi mempunyai peranan starategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas sehari-hari.
B.     Konsep Motivasi
Konsep motivasi yang dijelaskan oleh suwanto adalah sebagai berikut
1. Model Tradisional
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu diterapkan sistem insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang berprestasi.
2. Model Hubungan Manusia
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting.


3. Model Sumber Daya Manusia
Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.[1]
C.    Tujuan motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat  memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan diteyapkan di dalam kurikulum sekolah.[2]
D.    Teori-teori motivasi
1.      Teori hedonisme
Hedonisme adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan,kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan, bahwa semua orang cenderung menghindari hal-hal yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang mendatangkan kesenangan.
2.      Teori naluri
Teori naluri ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme
terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang memengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan tepat. Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbbuatan yang akan dilakukan.
3.      Teori reaksi yang dipelajari
Teori ini berbeda pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.
4.      Drive Theory
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum.
5.      Teori Arousal
Teori ini kememukakan oleh Elizabeth Duffy. Menurutnya, organisme tidak selalu berusaha menghilangkan ketegangan tetapi justru tidak sebaliknya, di mana organisme berusahan meningkatkan ketegangan dalam dirinya. Homeostatis adalah ketegangan optimum yang sifatnya  subyektif.
6.      Teori Atribusi
Atribusi ialah suatu hal atau keadaan yang dikaitkan dengan (dijadikan alasan terhadap) kesuksesan atau kegagalan dalam suatu aktivitas. Misalnya guru yang tidak enak mengajar, kesehatan yang tidak optimal, pelajaran tidak menarik, ketidakberuntungan,kurang usaha, kurangnya kemampuan, pekerjaan terlalu sulit, salah strategi dn lain-lain.[3]
7.      Teori kebutuhan Maslow (Need Hierarchy Theory)
Setiap manusia memiliki needs (kebutuhan, dorongan, intrinsic dan extrinsic factor) yang kemunculannya sangat tergantung dari kepentingan individu. Maslow kemudian membuat teori heararki kebutuhan manusia tersebut. Teori yang ia kembangkan pada intinya menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia dapat digolongkan ke dalam lima tingkatan, yaitu:
a.        kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan seks.
b.       kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual.
c.       kebutuhan akan kasih sayang (love needs).
d.      kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status.
e.       aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
8.      Teori Motivasi Sosial (McClelland)
McClelland menyatakan bahwa tingkah laku seseorang timbul karena pengaruh kebutuhan-kebutuhannya. Dalam konsep McClelland  tentang motivasi, terdapat tiga kebutuhan pokok dalam diri seseorang yang mendorong tingkah laku yaitu:
·         Need for achievement, merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standart kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebuthuhan itu berhubungan erat dengan belajar dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu.
·         Need for affilistion, merupakan kebutuhan akan kehangatan dan dukungan dalam hubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.
·         Need for power, mrupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan seseorang tidak atau kurang memedulikan perasaan orang lain.
9.      Teory “ERG” Clyton Alderfer
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
  • Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya.
  • Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.
  • Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
10.  Teory “Dua Faktor” Herzberg
Teori yang dikembangkan Herzberg dikenal sebagai Model Dua Faktor, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau ‘pemeliharaan’. Faktor motvasional adalah hal-hal bersifat instrinsik (bersumber dari dalam diri seseorang) yang mendorong prestasi, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya elstrinsik (bersumber dari luar diri) yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupannya.
11.  Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
  • Seorang akan berusaha memperoleh hasil yang lebih besar, atau
  • Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang siswa biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
  • Harapannya tentang jumlah hasil (nilai) yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti kehadiran, melaksanakan tugas (makalah), presensi tugas dan keaktifan dikelas.
  • Hasil (nilai) orang lain, yang memiliki kualifikasi sama dengan siswa.
  • Hasil (nilai)  siswa instansi pendidikan lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis.
  • Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai tingkat dan jenis nilai  yang merupakan hak para siswa.[4]
12.  Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.



13.  Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya. 
14.  Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula. 
15.  Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.[5]
E.     Model Pengukuran Motivasi
Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan, diantaranya oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 6 (enam) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu :
1.      Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi
2.      Berani mengambil dan memikul resiko
3.      Memiliki tujuan realistik
4.      Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan
5.      Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan
6.      Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Edward Murray (Mangkunegara, 2005,68-67) berpendapat bahwa karakteristik orang yangmempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut :
1.     Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya
2.      Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan
3.      Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan
4.      Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu
5.      Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan
6.      Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti
7.      Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.[6]



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Konsep Motivasi: 1. Model Tradisional 2. Model Hubungan Manusia 3. Model Sumber Daya Manusia. Tujuan motivasi Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat  memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Teori-teori motivasi:Teori hedonisme,Teori naluri,Teori reaksi yang dipelajari,Drive Theory,Teori Arousal,Teori Atribusi,Teori kebutuhan Maslow (Need Hierarchy theory), Teori Motivasi Sosial (McClelland), Teory “ERG” Clyton Alderfer,Teory “Dua Faktor” Herzberg,Teori Keadilan,Teori penetapan tujuan (goal setting theory),Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan ),Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku,Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.


DAFTAR PUSTAKA
Drs.M.Ngalim Purwanto. 2007.Psikolog Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Abdul Rahman Shaleh.2008.Psikologi:suatu pengantar dalam perspektif islam.Jakarta:Kencana.
Eva latifah.2012.pengantar psikolog pendidikan.yogyakarta:pedagogia.
http://new.edulab.co.id/teori-teori-motivasi/  diakses 14 mei 2016 pukul 20:38



[2]Drs.M.Ngalim Purwanto, Psikolog Pendidikan,Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2007,Hlm 73
[3] Abdul Rahman Shaleh,Psikologi:suatu pengantar dalam perspektif islam,Jakarta:Kencana,2008,Hlm 187-190

[4] Eva latifah, pengantar psikolog pendidikan,(yogyakarta:pedagogia),2012. Hlm 166-172
[5] http://new.edulab.co.id/teori-teori-motivasi/  diakses 14 mei 2016 pukul 20:38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar