TEORI-TEORI
MOTIVASI.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Psikolog Umum
Dosen Pengampu: Dr. Suyadi , M.A
Disusun oleh:
Devi Puspitasari (15430104)
PENDIDIKAN
GURU RAUDLATUL ATHFAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut
nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikolog
Islam tentang ” Teori- teori
Motivasi”.
Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang Teori-teori Motivasi dan kebutuhan akan
pendidikan dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca.
Yogyakarta, 7 Maret 2016
Penyusun
Daftar isi
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
a.
Latar
belakang................................................................................................................... 4
b.
Rumusan
masalah.............................................................................................................. 4
c.
Tujuan............................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Motivasi.......................................................................................................... 6
B.
Konsep-konsep
motivasi................................................................................................... 6
C.
Tujuan Motivasi................................................................................................................ 7
D.
Teori
– teori Motivasi........................................................................................................ 7
E.
Model
pengukuran motivasi.............................................................................................. 14
BAB
III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
belakang
Motivasi memiliki
peranan yang penting dalam proses pendidikan,
baik bagi pengajar
maupun siswa. Seorang pengajar perlu memiliki motivasi agar dapat meningkatkan
motivasi belajar dari siswanya. Sedangkan bagi siswa, motivasi belajar dapat
menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan
belajar sehingga siswa tersebut senang belajar dan mendapat prestasi yang baik.
Seorang mahasiswa perlu memiliki motivasi belajar karena terkadang sebagian
besar orang mengalami penurunan keinginan untuk belajar ketika di perguruan
tinggi. Penurunan hasrat untuk belajar ini bisa disebabkan karena berbagai hal,
baik dari luar maupun dalam individu tersebut. Maka pentinglah adanya motivasi
belajar, karena motivasi ini akan menumbuhkan semangat seorang mahasiswa untuk
belajar sehingga bisa menyelesaikan study tepat pada waktunya dan memperoleh
nilai yang memuaskan atau cumlaude.
Karena itulah motivasi belajar sangat diperlukan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa agar siswa dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam
bidang pendidikan.
b.
Rumusan
masalah
1.
Apa
pengertian Motivasi?
2.
Apa
saja konsep Motivasi?
3. Apa tujuan motivasi?
4.
Apa
saja teori-teori motivasi?
5.
Apa
saja model pengukuran motivasi?
c.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian Motivasi.
2.
Mengetahui
konsep-konsep motivasi.
3. Mengetahui tujuan motivasi.
4.
Mengetahui
teori-teori motivasi.
5.
Model
pengukuran motivasi.
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Motivasi
Motivasi berasal dari kata lain “MOVERE” yang berarti dorongan atau bahasa
Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak
berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor
eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut
motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan
dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang
dikehendaki.Menurut Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam untuk
berbuat sesuatu, baikyang positif maupun yang negatif.
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha - usaha yang dapat menyebabkan seseorang
atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai
tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi
mempunyai peranan starategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada
seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti tidak ada
kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip
motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan
dalam aktivitas sehari-hari.
B.
Konsep
Motivasi
Konsep motivasi yang dijelaskan oleh suwanto adalah sebagai berikut
1. Model Tradisional
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu
diterapkan sistem insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang
berprestasi.
2. Model Hubungan Manusia
Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah
dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan
penting.
3. Model Sumber Daya Manusia
Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang
tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.[1]
C.
Tujuan
motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru,
tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan diteyapkan di
dalam kurikulum sekolah.[2]
D.
Teori-teori
motivasi
1.
Teori
hedonisme
Hedonisme
adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan,kesenangan, atau kenikmatan.
Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa tujuan
hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi.
Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan, bahwa semua orang cenderung
menghindari hal-hal yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan
yang mendatangkan kesenangan.
2.
Teori
naluri
Teori naluri
ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme
terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan,
yang memengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan
tepat. Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan
tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan
perbbuatan yang akan dilakukan.
3.
Teori
reaksi yang dipelajari
Teori
ini berbeda pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan
naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari
kebudayaan ditempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang
pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya,
pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang
kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.
4.
Drive
Theory
Teori
ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang
dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu
dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum.
5.
Teori
Arousal
Teori
ini kememukakan oleh Elizabeth Duffy. Menurutnya, organisme tidak selalu
berusaha menghilangkan ketegangan tetapi justru tidak sebaliknya, di mana
organisme berusahan meningkatkan ketegangan dalam dirinya. Homeostatis adalah
ketegangan optimum yang sifatnya
subyektif.
6.
Teori
Atribusi
Atribusi
ialah suatu hal atau keadaan yang dikaitkan dengan (dijadikan alasan terhadap)
kesuksesan atau kegagalan dalam suatu aktivitas. Misalnya guru yang tidak enak
mengajar, kesehatan yang tidak optimal, pelajaran tidak menarik,
ketidakberuntungan,kurang usaha, kurangnya kemampuan, pekerjaan terlalu sulit,
salah strategi dn lain-lain.[3]
7.
Teori
kebutuhan Maslow (Need Hierarchy Theory)
Setiap manusia memiliki needs (kebutuhan, dorongan, intrinsic dan
extrinsic factor) yang kemunculannya sangat tergantung dari kepentingan
individu. Maslow kemudian membuat teori heararki kebutuhan manusia tersebut.
Teori yang ia kembangkan pada intinya menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan
manusia dapat digolongkan ke dalam lima tingkatan, yaitu:
a. kebutuhan fisiologikal
(physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan seks.
b. kebutuhan rasa aman (safety needs),
tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan
intelektual.
c. kebutuhan akan kasih sayang (love needs).
d. kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status.
e. aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan
bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan
yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang
diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia
itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia
berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang
unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan
tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk
dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam
kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan
dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama
diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow.
Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi
berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai
dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep
tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak
akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan-
sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi;
yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman,
demikian pula seterusnya.
8. Teori Motivasi Sosial (McClelland)
McClelland menyatakan bahwa tingkah laku seseorang
timbul karena pengaruh kebutuhan-kebutuhannya. Dalam konsep McClelland tentang motivasi, terdapat tiga kebutuhan
pokok dalam diri seseorang yang mendorong tingkah laku yaitu:
·
Need for achievement,
merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standart
kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebuthuhan itu berhubungan erat dengan
belajar dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi
tertentu.
·
Need for affilistion,
merupakan kebutuhan akan kehangatan dan dukungan dalam hubungan dengan orang
lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara
akrab dengan orang lain.
·
Need for power,
mrupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini
menyebabkan seseorang tidak atau kurang memedulikan perasaan orang lain.
9. Teory “ERG” Clyton Alderfer
Teori Alderfer dikenal
dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf
pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R
= Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth
(kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan
tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara
teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence”
dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “
Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep
Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut
Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia
itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak
lebih lanjut akan tampak bahwa :
- Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya.
- Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.
- Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini
didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari
keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang
dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang
mungkin dicapainya.
10. Teory “Dua Faktor” Herzberg
Teori yang dikembangkan
Herzberg dikenal sebagai Model Dua Faktor, yaitu faktor motivasional dan faktor
hygiene atau ‘pemeliharaan’. Faktor motvasional adalah hal-hal bersifat
instrinsik (bersumber dari dalam diri seseorang) yang mendorong prestasi,
sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah
faktor-faktor yang sifatnya elstrinsik (bersumber dari luar diri) yang turut
menentukan perilaku seseorang dalam kehidupannya.
11.
Teori Keadilan
Inti teori ini terletak
pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara
usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya,
apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak
memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
- Seorang akan berusaha memperoleh hasil yang lebih besar, atau
- Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi
tertentu, seorang siswa biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding,
yaitu :
- Harapannya tentang jumlah hasil (nilai) yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti kehadiran, melaksanakan tugas (makalah), presensi tugas dan keaktifan dikelas.
- Hasil (nilai) orang lain, yang memiliki kualifikasi sama dengan siswa.
- Hasil (nilai) siswa instansi pendidikan lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis.
- Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai tingkat dan jenis nilai yang merupakan hak para siswa.[4]
12.
Teori penetapan tujuan
(goal setting theory)
Edwin Locke
mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan
mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d)
tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan
berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
13.
Teori Victor H. Vroom
(Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam
bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang
disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan
akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang
bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya
itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara
yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan
sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan
akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya,
jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk
berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan
para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik
tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para
pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara
yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap
penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu
mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk
memperolehnya.
14. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau
model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model
kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan
persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya
pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan
organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula
oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya,
dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan
pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah
apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia
cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang
menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang
mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat
sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik
dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian
tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut
menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja
lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan
keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga
kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai
konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah
seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari
atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran
dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai
tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada
waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
15. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari
pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus
berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti
menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.
Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah
apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang
individu .
Menurut model ini,
motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a)
persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi;
(d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang
dihasilkan.
Sedangkan faktor
eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan
sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi
tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang
berlaku dan cara penerapannya.[5]
E.
Model Pengukuran Motivasi
Model-model
pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan, diantaranya oleh
McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 6 (enam) karakteristik orang
yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu :
1.
Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi
2.
Berani mengambil dan memikul resiko
3.
Memiliki tujuan realistik
4.
Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan
5.
Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan
6.
Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Edward
Murray (Mangkunegara, 2005,68-67) berpendapat bahwa karakteristik orang
yangmempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai berikut :
1. Melakukan
sesuatu dengan sebaik-baiknya
2.
Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan
3.
Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan
4.
Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu
5.
Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan
6.
Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti
7.
Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Motivasi
adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Konsep
Motivasi: 1. Model Tradisional 2. Model Hubungan Manusia 3. Model Sumber Daya
Manusia. Tujuan motivasi Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi
adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu. Teori-teori motivasi:Teori hedonisme,Teori naluri,Teori reaksi yang
dipelajari,Drive Theory,Teori Arousal,Teori Atribusi,Teori kebutuhan Maslow
(Need Hierarchy theory), Teori Motivasi Sosial
(McClelland), Teory “ERG” Clyton Alderfer,Teory “Dua Faktor” Herzberg,Teori
Keadilan,Teori penetapan tujuan (goal setting theory),Teori Victor H. Vroom
(Teori Harapan ),Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku,Teori Kaitan Imbalan
dengan Prestasi.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.M.Ngalim
Purwanto. 2007.Psikolog Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Abdul
Rahman Shaleh.2008.Psikologi:suatu pengantar dalam perspektif islam.Jakarta:Kencana.
Eva latifah.2012.pengantar
psikolog pendidikan.yogyakarta:pedagogia.
http://hamdanial.blogspot.co.id/2012/11/makalah-teori-motivasi.html di akses 14 Mei 2016 pukul 18.46
http://new.edulab.co.id/teori-teori-motivasi/ diakses 14 mei 2016 pukul
20:38
http://tkampus.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-motivasi-dan-teori-teori.html diakses 14 mei 2016 pukul 20:56
[1] http://hamdanial.blogspot.co.id/2012/11/makalah-teori-motivasi.html
di akses 14 Mei 2016 pukul 18.46
[2]Drs.M.Ngalim
Purwanto, Psikolog Pendidikan,Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2007,Hlm 73
[3] Abdul
Rahman Shaleh,Psikologi:suatu pengantar dalam perspektif islam,Jakarta:Kencana,2008,Hlm
187-190
[4] Eva
latifah, pengantar psikolog pendidikan,(yogyakarta:pedagogia),2012. Hlm
166-172
[6] http://tkampus.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-motivasi-dan-teori-teori.html diakses 14 mei 2016 pukul 20:56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar