MAKALAH
LAYANAN OBSERVASI
PARTISIPATORIS DAN NON PARTISIPATORIS
Makalah Ini Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bimbingan dan
Konseling Islam
Disusun oleh:
Apni Nuri Afwu (15430099)
Devi Puspitasari (15430104)
A.Ziyad Zubaedi (15430106)
Kelas C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU RAUDLATUL
ATHFAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA

Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan petunjuk-Nya, Atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan makalah ini dapat diselesaikan
walaupun secara sederhana, baik bentuk maupun isinya dan sesuai waktu yang diinginkan.
Makalah
yang berjudul Layanan Observasi Partisipatoris dan Non partisipatoris disusun
untuk memenuhi tugas mata Bimbingan dan Konseling Islam.
Penyusunan makalah ini
dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, dan tak lupa Kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1.
Khamim Zarkasih Putro, selaku pengampu mata kuliah
Bimbingan Konseling Islam.
2.
Orang tua tercinta yang turut mendoakan dan mendukung dengan sepenuh hati
dan teman-teman seperjuangan.
Semoga dengan bantuan
yang telah di berikan dapat mempermudah kami dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di kemudian hari.
Semoga penulisan makalah
ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Wasalamu’alaikum
Wr. Wb.
Yogyakarta, 03 Mei 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
SAMPUL......................................................................................
i
KATA
PENGANTAR.....................................................................................
ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................
iii
BABI
PENDAHULUAN................................................................................
1
A. Latar
Belakang Masalah......................................................................
1
B. Rumusan
Masalah................................................................................
1
C. Tujuan
Pembuatan Makalah................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................
3
A. Pengertian Observasi...........................................................................
3
B. Tujuan Observasi ................................................................................ 4
C. Manfaat Observasi .............................................................................. 4
D. Jenis-jenis Observasi............................................................................
5
E. Materi observasi .................................................................................. 7
F. Kelemahan Observasi dan Kelebihan Observasi ............................... 8
G. Cara Merangcang Observasi ............................................................... 9
H. Alat pencatat observasi........................................................................ 11
BAB
III PENUTUP.................................................................................. 12
A. Kesimpulan.......................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
Metode
observasi merupakan metode assesment yang tertua dalam psikologi. Metode
observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non -
verbal. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi. Metode
observasi paling banyak digunakan dalam mengkaji perkembangan dan pendidikan
anak. Observasi langsung merupakan bagian penting dari proses penemuan, dalam
pengajaran maupun penelitian. Wilhem Wundt, yang dikenal sebagai bapak psikologi eksperimen
memanfaatkan metode observasi dalam penelitian-penelitian yang dilakukannya.
Beliau mendirikan laboratorium psikologi pada tahun 1879 di Leipzig, Jerman.
Bagi Wundt, subject matter dari psikologi adalah pengalaman. Wundt
berupaya mencari struktur pengalaman yang disadari. Pengalaman yang disadari
tersebut hanya dapat diobservasi oleh individu yang mengalaminya. Oleh karena
itu, Wundt menggunakan metode self-observation atau introspeksi. Melalui
introspeksi individu melihat ke dalam untuk menguji pengalaman dirinya seperti
sensasi, persepsi, kesan, dan perasaan, kemudian melaporkan pengalaman
tersebut. Selain itu, Wundt juga melakukan eksperimen berkaitan dengan waktu
reaksi dan rentang perhatian.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian observasi?
2. Apa tujuan observasi?
3. Apa manfaat observasi?
4. Apa saja jenis-jenis observasi?
5. Apa materi observasi?
6. Apa saja kelemahan dan kelebihan
observasi!
7. Bagaimana cara merancang observasi?
8. Apa saja alat pencatat observasi?
Tujuan Pembuatan Makalah
a. Mengetahui pengertian observasi.
b. Mengetahui tujuan observasi.
c. Mengetahui manfaat observasi.
d. Mengetahui jenis-jenis observasi.
e. Mengetahui materi observasi.
f. Mengetahui kelemahan dan kelebihan
observasi.
g. Mengetahui cara merancang observasi.
h.
Mengetahui alat pencatat observasi.
i.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
OBSERVASI
Observasi atau pengamatan (observation) merupakan suatu teknik
penghimpun data tentang kegiatan, perilaku atau perbuatan, yang diperoleh
langsung dari kegiatan yang sedang dilakukan siswa. Data yang dikumpulkan
berupa fakta-fakta tentang perilaku dan aktivtas yang dapat diamati atau yang
tampak dari luar, aktivitas yang tidak tampak tidak dapat diperoleh melalui
observasi.[1]
Observasi menurut beberapa ahli:
- Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63) menegaskan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
- Gall dkk: Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dilakukan dengan mengamati perilaku dan lingkungan, baik sosial dan material dari individu atau kelompok yang diamati.
- Gibson, R.L.: Observasi adalah teknik yang dapat digunakan untuk mengurutkan judul dalam membuat keputusan dan kesimpulan tentang orang lain yang diamati, meskipun pengamatan ini tidak bisa berdiri sendiri, harus dilengkapi juga dengan penggunaan metode lain dari penilaian.
- Mitchell. M.H: Observasi adalah teknik yang dapat digunakan untuk mengurutkan judul dalam membuat keputusan dan kesimpulan tentang orang lain yang diamati, meskipun pengamatan ini tidak bisa berdiri sendiri, harus dilengkapi juga dengan penggunaan metode lain dari penilaian.[2]
Jadi observasi
merupakan suatu penyidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja
diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) terhadap
kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. Oleh
karena observasi menggunakan alat indera, maka agar hasil observasi baik, maka
salah satu hal yang dituntut ialah menggunakan alat indera dengan
sebaik-baiknya.
B.
TUJUAN OBSERVASI
Pada dasarnya observasi bertujuan
untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas – aktivitas yang
berlangsung, orang – orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian
yang dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati
tersebut. Deskripsi harus kuat, fakta, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi
berbagai hal yang tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan karena
beberapa alasan, yaitu :
v Memungkinkan untuk mengukur
banyaknya perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak – anak.
v Prosedur testing formal seringkali
tidak ditanggapi serius oleh anak – anak sebagaimana orang dewasa, sehingga
sering observasi menjadi metode pengukur utama.
v Observasi dirasakan lebih mudah
daripada cara pengumpulan data yang lain. Pada anak – anak, observasi
menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang
dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat – buat bila merasa sedang
diobsevasi.
Tujuan observasi bagi seorang psikolog pada dasarnya adalah
sebagai berikut :
a.
Untuk keperluan asessment awal dilakukan
di luar ruang konseling, misalnya : ruang tunggu, halaman, kelas, ruang
bermain.
b.
Sebagai dasar atau titik awal dari
kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan psikolog akan mengetahui kemajuan
yang dicapi klien.
c. Bagi anak – anak, untuk mengetahui
perkembangan anak – anak pada tahap tertentu.
d. Digunakan dalam memberi laporan pada
orang tua, guru, dokter dan lain – lain.
e. Sebagai informasi status anak atau
remaja di sekolah untuk keperluan bimbingan dan konseling.
C.
MANFAAT
OBSERVASI
1.
Hasil observasi yang dibuat dapat dikomfirmasikan dengan
hasil penelitian
2.
Deskripsi memberikan gambaran dunia nyata
3.
Memungkinkan pembaca memiliki penafsiran sendiri terhadap
temuan dan bagaimana akan diinterpretasikan
4.
Dapat menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan dapat
menguji kuwalitas, memperkirakan mengapa sesuuatu terjadi dalam seting nyatanya
5.
Dapat mencatat gejala yang kadang tidak jelas berlangsungnya.
6.
Mencatat situasi yang tidak dapat direplikasikan dalam
eksperimen
7.
Kronologi peristiwa dapat dicatat dengan berurutan
8.
Peralatan dan teknologi dapat merekam secara permanen
9.
Observasi dapat dikombinaskan dengn metode lain.[3]
D.
JENIS-JENIS OBSERVASI
Pada
pelaksanaan pengamatan, dikenal beberapa jenis pengamatan yang dapat
digolongkan dasi segi keterlibatan peranan observer, yaitu pengamatan
partisipasi (participant abservation), pengamatan nonpartisipasi
(nonparticipant observation), pengamatan kuasi partisipasi, sedangkan dari segi
perencanaan dapat digolongkan pada, yaitu: pengamatan sistematis atau
tersruktur (systematic or structured observation) dan pengamatan nonsistematis
atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga dapat digolongkan dari
situasinya, yaitu : situasi bebas (free situation/uncontrolled situation),
situasi yang dimanipulasi (manipulated situation/experimental situation) dan
percampuran antara dua situasi ( partially controlled situation observation).
1.
Observasi yang berpartisipasi (participant
observation)
Dalam observasi bentuk ini maka observer
(pembimbing) turut mengambil bagian di dalam peri kehidupan atau situasi dari
orang-orang yang di observasinya (observees). Pada umumnya bentuk ini
dipergunakan untuk mengadakan penyelidikan yang bersifat eksploratif, dan
biasanya untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar. Tetapi ini tidak
berarti bahwa untuk satuan yang kecil tidak dapat digunakan metode ini. Dalam
kelompok yang kecil pun dapat orang mengambil bentuk ini. Sehingga misalnya
pembimbing dapat ikut bermain basket, sambil mengobservasi anak mengenai
tingkah lakunya, ataupun sifat-sifatnya yang lain yang mau diperolehnya. Jadi
pembimbing turut serta di dalam situasi kehidupan yang mau diobservasinya.[4]
Observasi partisipatif mempunyai beberapa
keuntungan. Pertama, peserta didik tidak mengetahui bahwa mereka sedang
diobservasi, dengan demikian tingkah laku mereka lebih wajar. Kedua, observasi
dilakukan oleh orang yang mempunyai relasi dan telah mengenal peserta didik
sehingga pencatatan akan disempurnakan dengan pengalaman sebelumnya. Bentuk
observasi ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: pengamat harus
melakukan dua kegiatan sekaligus sehingga ketelitian observasi bisa terganggu.
Dalam observasi partisipatif pencatatan seringkali tidak dapat dilakukan pada
saat observasi dilaksanakan, dapat mengakibatkan catatan menjadi tidak lengkap
dan banyak yang terlupakan, sehingga dapat mengurangi kesempurnaan pencatatan.[5]
2.
Observasi non-partisipasi (non-participant
observation)
Jenis observasi ini adalah merupakan kebalikan
dari teknik yang berpartisipasi. Pada teknik ini observer tidak ambil bagian
secara langsung di dalam situasi kehidupan yang diobservasi, tetapi dapat
dikatakan sebagai penonton, jadi tidak sebagai pemain.
Sebagai contoh misalnya kalau kita mengadakan
observasi pada waktu anak sedang bermain-main. Kita tidak ikut bermain, tetapi
hanya melihat saja bagaimana mereka bermain, dan faktor-faktor apa yang ingin
kita dapatkan, misalnya bagaimana aktivitasnya, bagaimana kontak sosialnya dan
sebagainya.[6]
Observasi non partisipasi mempunyai beberapa
kebaikan dan kelemahan. Kebaikannya pengamatan dan pencatatan lebih teliti
karena pengamat tidak mengerjakan pekerjaan lain. Kelemahannya peserta didik
mungkin mengetahui bahwa ia sedang diobservasi, mereka memperlihatkan perilaku
yang tidak sesungguhnya. Agar peserta didik memperlihatkan perilaku yang
sesungguhnya, observasi dapat dilakukan dari jauh, tetapi hal ini akan
mempengaruhi kecermatan pengamat.[7]
3.
Kuasi partisipasi
Kuasi partisipasi yaitu apabila dalam observasi
itu seolah-olah observer turut berpartisipasi. Jadi sebenarnya hanya pura-pura
saja turut ambil bagian dalam situasi kehidupan yang diobservasi.[8]
4.
Observasi sistematik (systematic observation or structured observation)
Observasi ini direncanakan dan dipersiapkan
sebelumnya. Teknik penghimpunan data ini memiliki pedoman observasi, yang
berisi: tujuan observasi, subyek atau peserta peserta didik yang di observasi,
lokasi dan waktu observasi serta butir-butir pernyataan yang memuat rumusan
tentang perilaku atau kegiatan yang akan diobservasi.
5. Pengamatan nonsistematis
Pada pengamatan ini tetap dilakukan
perencanaan, hanya saja materi atau fokus apa yang akan diamati belum dibatasi
atau dikategorisasi. Sehingga gejala yang diamati geraknya lebih luas tidak
terbatas pada hal-hal yang dikategorikan, kalau ada kategorisasi pengamat
tinggal memberikan tanda cek, sedangkan pada jenis nonsistematis, pengamat bisa
mencatat hal-hal yang dianggap penting dan menonjol pada proses pengamatan.
6.
Free situation
Pengamatan yang dilakukan pada
situasi bebas, tidak dibatasi bagaimana jalannya pengamatan dan dalam situasi
yang tidak terkontrol. Misalnya melakukan pengamatan terhadap berbagai
aktivitas peserta didik selama di sekolah.
7.
Manipulasi situasi
Pengamatan yang situasinya sengaja
diadakan, memasukan berbagai faktor atau variabel kondisi yang diperlukan untuk
memunculkan perilaku yang diharapkan. Biasanya pengamatan ini lebih banyak
dilakukan pada format eksperimen.
8.
Percampuran antara dua situasi
Merupakan percampuran antara situasi
bebas dan manipulasi situasi , Sebagian situasi sengaja dikondisikan sehingga
sifatnya terkontrol dan sebagian lagi tetap dalam situasi bebas.[9]
E.
MATERI OBSERVASI
Tentang materi apa yang kita observasi adalah
bergantung kepada maksud serta tujuan di dalam mengadakan observasi.
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa apa
yang dapat diobservasi itu banyak sekali,tidak terbatas. Tetapi yang membatasi
apa yang perlu diobservasi itu adalah maksut serta tujuan dari observasi itu,
apa mau mengobservasi tingkah laku, latar belakang sosial atau keadaan-keadaan
yang lain, karenanya menentukan apa yang akan di observasi adalah merupakan
langkah yang penting dalam observasi. Setelah menetukan tentang apa yang akan
diobservasi, maka observer harus senantiasa berpegang kepada titik ini sebagai
titik tolak dalam arah observasi, jangan ampai observer menyimpang dari tujuan.[10]
F.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN OBSERVASI
1. Kelemahan
Gibson & Mitchell (1995 : 263),
Mc. Millan & Schumacher (2001 : 276) menunjukan beberapa kelemahan
observasi sebagai berikut :
a. Kemampuan manusia untuk menyimpan
secara akurat terhadap kesan yang diperoleh dari hasil pengamatan sangat
terbatas, baik dalam hal jumlah maupun lamanya kesan (informasi) itu bisa
disimpan. Akibatnya ada sesuatu yang mungkin hilang atau tidak lengkap. Gibson
& Mitchell (1995 : 23) mencatat bahwa tidak banyak orang yang mampu
menyimpan kesan yang amat luas dan detail. Oleh sebab itu, para observer perlu
alat bantu observasi. Seorang peneliti yang melakukan observasi terhadap
sejumlah siswa dalam satu kelas tentu akan mengalami kesulitan jika harus
menyimpan informasi berapa anak yang ada dalam kelas itu, berapa jumlah anak
laki – laki dan berapa pula jumlah perempuan, siapa duduk dekat siapa, dan
bajunya berwarna apa. Apalagi jika informasi itu harus disimpan dalam waktu
lama.
b. Cara pandang individu terhadap obyek
yang sama juga belum tentu sama, sebab setiap oran memiliki frame yang unik
yang mungkin berbeda dengan yang lain. Akibatnya, kesan yang diperoleh juga
tidak sama dan penilaiannya pun tidak sama. Gibson & Mitchell (1995 : 263)
menunjukan bahwa hasil pengamatan sangat dipengaruhi oleh daya adaptasi,
kebiasaan, keinginan, prasangka, dan proyeksi.
c. Kesan seseorang terhadap suatu obyek
juga tidak selalu sama. Akibatnya penafsiran dan penilaian yang diberikan
terhadap obyek yang sama menjadi tidak sama. Seseorang yang memegang teguh
norma sosial , ketika melihat seorang remaja rambutnya disemir dengan warna –
warni plus mengenakan anting, mungkin kita
akan punya kesan remaja itu nakal. Tetapi bagi observer lain yang mudah
menerima nilai – nilai baru akan mempunyai kesan berbeda, mungkin tampilan
remaja tersebut dipandang sesuai perkembangan zaman, bahkan ia menilai positif.
d. Ada kecenderungan pada manusia dalam
menilai sesuatu menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah mendasrkan pada
sifat yang menonjol. Seorang observer dalam memberikan penilaian terhadap
seorang siswa kadang masih terpengaruh ia “anak siapa”, atau memberi penilaian
dengan pertimbangan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan aspek yang sedang
dinilai. Tidak jarang orang memberikan penilaian terhadap seseorang yang dengan
melihat tampilannya, padahal tampilan kadang tidak menggambarkan realitas yang
sesungguhnya. (Pemahaman Individu oleh Drs. Anwar Sutoyo, M.Pd, 2012 : 91 – 93)
2. Kelebihan
a. Dapat meneliti beberapa gejala
b.
Teknik observasi tidak menuntun
objek berada dalam objek-objek tertentu.
c. Memungkinkan pencatatan secara
bersamaan dalam suatu peristiwa
d. Tidak bergantung pada self report
G.
CARA MERANCANG OBSERVASI
Cara merancang observasi pengamatan meliputi penyusunan
pedoman pengamatan, pelaksanaan pengamatan dan melakukan analisis hasil pengamatan
1.
Penyusunan pedoman pengamatan
Sebelum melakukan pengamatan, konselor perlu merancang
pedomannya agar proses pengamatan tetap terarah dan data yang diperoleh sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Langkah
penyusunan pedoman pengamatan yaitu:
a.
Menetapkan tujuan pengamatan
b.
Menetapkan bentuk format pencatat hasil pengamatan sesuai tujuan
c.
Membuat format pencatat hasil pengamatan, apakah akan digunakan
catatan anekdot atau skala penilaian(penilaian numerik,
skala penilaian grafis dan daftar cek). Untuk mendapat gambaran tentang
prosedur pembuatan , lakukan sesusai dengan langkah-langkah pembuatan dan
contoh format pencatatan hasil pengamatan.
d.
Melakukan uji coba pedoman pengamatan. Untuk memperoleh data yang objektif,
maka setelah pedoman pengamatan selesai disusun, perlu dilakukan uji coba
pengamatan, Langkah ini juga untuk mengetahui apakah skala penilaian yang akan
digunakan reliabel atau tidak.
2. Pelaksanaan pengamatan
Pada saat konselor melakukan
pengamatan, perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini.
a. Menetapkan peserta didik yang aka
diamati (subjek pengamatan) sesuai tujuan.
b. Menetapkan jadwal dan tempat
pengamatan
c. Menetapkan jumlah peserta didik
yang akan diamati
d. Menetapkan jumlah konselor yang
akan berfungsi sebagai pengamat.
e. Mempersiapkan format pencatat
hasil dan alat perekam gambar sesuai kebutuhan.
f. Mengambil posisi yang tidak
diketahui subjek pengamatan, sehingga kehadiran pengamat tidak menarik
perhatian subjek. Kemudian melaksanakan pengamatan,
g. Selama proses pengamatan,
konselor harus melakukan pemusatan perhatian pada situasi dan tingkah laku yang
diamati. Setiap pengamat harus mencatat segera dengan cermat dan teliti setiap
tingkah laku dan situasi yang terjadi saat tingkah laku muncul seperti apa adanya,
pada format pencatatan hasil pengamatan yang sudah disiapkan atau melakukan
perekaman tanpa diketahui peserta didik yang diamati. Untuk menjaga validitas
hasil pengamatan pada saat melakukan pencatatan, konselor sebagai pengamat
tidak memasuka pendapat, pandangan ,dan penilaian apapun terhadap situasi dan
tingkah laku yang diamati.Hasil pengamatan perlu didokumentasikan untuk menjaga
kerahasiaan dan data hanya akan digunakan untuk kepentingan proses membantu
peserta didik.
h. Menutup pengamatan dengan membuat
kesimpulan hasil pengamatan bersama dengan seluruh pengamat
3. Analisis hasil pengamatan
a. Hasil pencatatan atau perekaman
proses pengamatan yang dilakukan oleh setiap pengamat dikumpulkan
b. Setiap pengamat melakukan
penskoran dan membuat deskripsi hasil pengamatannya.
c.Hasil pencatatan dan perekaman
seluruh pengamat peserta didik, diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai dengan
pokok-pokok tingkah laku yang diamati dan pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Ini dilakukan dalam tim pengamat.
d.Kemudian secara bersama-sama
melakukan analisi dan sintesa hasil pengamatan dan menarik kesimpulan, sehingga
memperkecil kemungkinan terjadi bias hasil dan menjaga objektivitas hasil
pengamatan
H.
ALAT PENCATAT OBSERVASI
Pada metode pengamatan, seseorang pengamat dalam hal ini
konselor memerlukan alat untuk mencatat berbagai informasi hasil pengamatannya
dengan cara yang tepat dan sistematis, sehingga hasil yang diperoleh merupakan
gambaran apa adanya, objektif sesuai dengan situasi dan kondisi saat dilakukan
pengamatan. Pada pengamatan ada beberapa alat pencatat yang digunakan sesuai
dengan tujuannya, adapun beberapa alat pencatat observsi adalah catatan anekdot
dan skala penilaian
1. Catatan anekdot
Merupakan alat pencatat pengamatan yang dapat digunakan
untuk menggambarkan atau mendeskripsikan tingkah laku atau ucapan yang didengar
dari individu atau kelompok yang diamati pada suatu konteks kejadian dalam
situasi seperti apa adanya.
2. Skala penilaian
Skala penilaian merupakan metode mengandung penilaian dari
pengamat terhadap orang yang diamati. Nilai skala ini terletak pada
kebermaknaan karakteristik-karakteristik yang akan dinilai. Karakteristik yang
akan dinilai berupa tingkah laku maupun sifat yang ditunjukan oleh individu
yang diamati.
Format skala penilaian memiliki beberapa tipe, antara lain
skala penilaian numerik skala penilaian grafis dan skala penilaian grafis.
(a). Skala penilaian numerik : menggunakan gradai skor angka
mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.Skala angka yang
digunakan dapat memiliki rentang lima sampai tujuh, yang diikuti dengan
penjelasan singkat tentang tingkatan penilaian tingkah laku atau sifat yang
akan diamati.
(b). Skala penilaian grafis : merupakan format skala yang
menggunakan suatu garis kontinum. Dimana titik gradasi ditunjukan pada garis
dengan menyajikan rangkaian deskripsi
singkat dibawah garisnya.
(c). Daftar cek berisi aspek-aspek yang mungkin terdapat
pada situasi, tingkah laku, maupun kegiatan peserta didik yang menjadi pusat
perhatian. Penyusunan alat ini direncanakan dengan sistematis, dan sesuai
dengan sasaran yang ingin dicapai. Bentuknya berupa format yang efesien dan
efektif, dapat diperiksa validitas dan reliabilitasnya, bersifat kuantitatif,
dan hasilnya diolah sesuai tujuannya.[12]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Observasi
merupakan suatu penyidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja
diadakan dengan menggunakan alat indera (terutama mata) terhadap
kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. jenis pengamatan yang dapat digolongkan dasi segi keterlibatan
peranan observer, yaitu pengamatan partisipasi (participant abservation),
pengamatan nonpartisipasi (nonparticipant observation), pengamatan kuasi
partisipasi, sedangkan dari segi perencanaan dapat digolongkan pada, yaitu:
pengamatan sistematis atau tersruktur (systematic or structured observation)
dan pengamatan nonsistematis atau tidak terstruktur, selain itu observasi juga
dapat digolongkan dari situasinya, yaitu : situasi bebas (free
situation/uncontrolled situation), situasi yang dimanipulasi (manipulated
situation/experimental situation) dan percampuran antara dua situasi (
partially controlled situation observation).
B.
SARAN
Observasi dilakukan untuk benar-benar melihat perilaku seseorang.
Sehingga observasi harus dilakukan dengan baik dan bersungguh-sungguh guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Observasi dilakukan untuk mengetahui sikap
kepribadian seseorang yang sesungguhnya bukan untuk kebohongan seseorang .
Sehingga dalam melakukan observasi harus berhati-hati dalam bertindak agar
tidak tercipta suatu kebohongan.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof.Dr.Bimo
Walgito.1995.BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI SEKOLAH.Yogyakarta:ANDI OFFSET.
Prof.Dr.Nana
Syaodih Sukmadinata.2007.BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PRAKTEK mengembangkan
potensial dan kepribadian siswa.Bandung:MAESTRO.
[1] Prof.Dr.Nana Syaodih Sukmadinata,BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
PRAKTEK mengembangkan potensial dan kepribadian
siswa,Bandung:MAESTRO,2007. Hlm 224
[2] https://haviafotokopi.blogspot.co.id/2015/11/observasi-jenis-jenis-dan-pengertian.html
diakses 30 april 2016,pukul 05:48
[3] http://rialovelyjim.blogspot.co.id/2013/06/makalah-observasi.html
diakses 01 mei 2016, pukul 10:08.
[4] [4] Prof.Dr.Bimo
Walgito,BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI SEKOLAH,Yogyakarta:ANDI OFFSET,1995.
Hlm 49-50
[5] Prof.Dr.Nana Syaodih Sukmadinata,BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
PRAKTEK mengembangkan potensial dan kepribadian
siswa,Bandung:MAESTRO,2007. Hlm 226
[6] [6] Prof.Dr.Bimo
Walgito,BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI SEKOLAH,Yogyakarta:ANDI OFFSET,1995.
Hlm 50
[7] Prof.Dr.Nana Syaodih Sukmadinata,BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
PRAKTEK mengembangkan potensial dan kepribadian
siswa,Bandung:MAESTRO,2007. Hlm 227
[8] [8] Prof.Dr.Bimo
Walgito,BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI SEKOLAH,Yogyakarta:ANDI OFFSET,1995.
Hlm 50
[9] http://daniaactivity.blogspot.co.id/2014/01/makalah-observasi.html
di akses 01 mei 2016,pukul 09.52
[10] Prof.Dr.Bimo Walgito,BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI SEKOLAH,Yogyakarta:ANDI
OFFSET,1995. Hlm 52
[12] http://daniaactivity.blogspot.co.id/2014/01/makalah-observasi.html
diakses 01 Mei 2016,pukul 23:01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar