Strategi
Komunikasi Guru pada Anak Autis di Sekolah Luar Biasa
Harapan
Mandiri Yayasan Bina Autis Mandiri Palembang
Dian
Pramana
Fakultas
Dakwah dan Komunikasi
Universitas
Islam Negeri Raden Fatah Palembang
E-mail:
dianpramana_uin@radenfatah.ac.id
Strategi merupakan upaya untuk
mencari cara, atau mencari langkah yang pas dalam mengerjakan sesuatu kegiatan.
Strategi dalam suatu kegiatan dapat diartikan sebagai langkah-langkah
operasional dalam menuju terlaksananya suatu kegiatan (Usman, 2000: 1). Ilmu
komunikasi sendiri adalah bagian dari ilmu sosial yang sasarannya adalah
pernyataan dan teknik penyampaian manusia. Anak autis adalah kondisi anak yang
mengalami gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup bidang sosial,
komunikasi verbal dan non-verbal, imajinasi, fleksibilitas, kognisidanatensi.
Sekolah Luar Biasa adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang melayani
pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam penelitian ini terdapat
dua informan yaitu : Informan kunci yaitu 10 guru. Sedangkan Informan pendukung
yaitu 12 orang tua wali. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field
research) dimana sumber datanya diperoleh dan dikumpulkan dari hasil
pengolahan data kualitatif. Mengenai tehnik pemngumpulan data dilakukan dengan
cara observasi, wawancara dan dokumentasi yang berhubungan dengan skripsi ini.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan
pola pengajaran terhadap anak autis yang ada di yayasan Bina Autis Mandiri.
Strategi Komunikasi Guru pada Anak Autis SDLB Bina Autis Mandiri
Palembang
Wawancara yang di tujukakan kepada
guru yang mengajar anak autis di SDLB Bina Autis Mandiri dari kelas satu sampai
kelas enam.Dan diperoleh data tentang strategi komunikasi guru pada anak autis
sebagai berikut:
·
Bahasa
dalam berkomunikasi dengan anak autis guru di SDLB Bina Autis Mandiri
menggunakan bahasa secara verbal (sebagai penyampaian pesan melalui
perkataan, suara atau bahasa baik lisan maupun tertulis) dan nonverbal (sebagai
penyampaian pesan melalui isyarat, gerak tubuh dan tanpa melalui kata-kata
(Mulyana, 2002: 34)). Untuk komunikasi yang paling mudah dimengerti oleh anak
autis kebanyakan komunikasi nonverbal, karena anak autis memahami bahasa
tubuh, paham akan perintah guru, gerak tubuh serta pendengaran dari anak autis
sangat peka, anak autis tidak suka di suruh berulang-ulang makanya guru kalau
memberikan perintah cukup satu kali namun tegas anak autis di SD sudah bisa
merespon materi yang diberikan guru kepadanya namun ada saat-saat anak autis
tidak mau menuruti perintah guru yaitu ketika ia tantrum dan emosinya sedang
tinggi, pada saat itulah anak autis mengeluarkan sifat aslinya.
·
Cara
menyampaikan materi oleh guru, Cara guru SDLB Bina Autis Mandiri dalam
menyampaikan materi yaitu seperti biasa, guru menyampaikan materi sesuai
kurikulum . Anak autis hanya menerima materi pelajaran sesuai kemampuan anak
autis itu sendiri sedangkan guru hanya memberikan materi lebih sedikit
disbanding anak normal umumnya.
·
Perilaku
Guru Agar Direspon . Gerakan lucu dengan menggunakan topeng atau apa saja yang
bisa menarik perhatian anak-anak digunakan oleh para guru diSLB permata hati
tersebut, Guru berusaha untuk mengetahui apa yang dialami anak didiknya, anak
autis tidak boleh dididik dengan kekerasan, mendidik anak autis haruslah dengan
kesabaran yang tinggi serta perhatian yang lebih pada anak autis agar anak
autis bisa belajar dengan tenang.
·
Situasi
dan Kondisi Prinsip yang ke lima yaitu tentang pengaruh situasi dan kondisi di
kelas pada proses belajar mengajar guru. Situasi di SDLB guru yang pertama
menyampaikan materi pelajaran, guru yang ke dua memantau situasi dan kondisi
kelas agar tidak ada yang rebut, guru yang ke tiga khusus menjaga anak autis.
Dengan berbagai karekter anak autis di kelas maka tentu situasi dan kondisi
tersebut sangat mengganggu proses belajar mengajar dikelas dan guru mengatasi
situasi tersebut dengan selalu mengarahkan dan ditenangkan serta di beri
penegasan anak tersebut, namun jika ada anak autis yang tidak bisa di arahkan
dandi tegaskan, maka guru mengajak cerita, menggambar, dan bermain sebentar,
dan untuk anak suka menjerit maka dengan cara mematikan kipas angin dan di
arahkan maka anak tersebut diam dengan sendirinya.
·
Perilaku
guru agar anak autis tidak balik menyerang jika ditegasi dan diarahkan sangat
penting bagi guru memiliki cara-cara tersendiri dalam menghadapi tingkah anak didiknya.
Guru SDLB Bina Autis Mandiri melakukan cara-cara sebagai berikut: Cukup tegur
satu kali saja, Jangan sering di ajak ngobrol, Diberikan pujian pada anak
tersebut, Dikunci badannya menggunakan meja agar tidak berontak. Dengan
cara-cara di atas maka anak autis tidak akan balik menyerang atau memukul
gurunya jika di beri arahan.
·
Dalam
setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran, Di SDLB Bina Autis Mandiri guru yang
mengajar memiliki tahapan dalam proses belajar Mengajar. Sebelum masuk kelas
berbaris terlebi dahulu, Berdoa bersama-sama, Bernyanyi lagu-lagu riyang, Masuk
kelas masing-masing, Guru menyapa anak-anak dengan wajah yang riyang, Absen , Hafalan
Juz Amma, Mengarahkan anak autis ikuti pelajaran, Belajar, Istirahat, Berdo‟a sebelum
pulang, dan Bagi anak autis ia di antar pulang sampai ke gerbang dan bertemu orang tuanya. Adapun bernyanyi tujuannya adalah untuk
melatih konsentrasi anak autis dan melatih respon anak autis yang pendiam agar
ikut paling tidak sedikit bernyanyi atau tepuk tangan. Anak autis harus di
arahkan karena tingkat komunikasi dan respon anak autis sangat berbeda
dibanding anak normal, anak autis di antar sampai ke gerbang sekolah bertujuan
agar anak autis bisa terarah dan anak autis merasa di kasihi dan di sayangi
oleh gurunya.
·
Perbedaan
latar belakang, sosial budaya, pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan
oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam
proses belajarmengajar, melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungan
sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya di dalam maupun diluar
sekolah. Latar belakang, sosial budaya tidak membuat guru membeda-bedakan mana
anak Jawa, Cina, Palembang, Padang, bahkan bahasa yang digunakan di kelas semua
sama yaitu bahasa Indonesia, namun kalau di luar kelas seperti senam dan
olahraga guru berkomunikasi dengan anak autis dengan bahasa Palembang. Sesuai
dengan jawaban di atas, maka latar belakang sosial budaya tidak membuat guru di
SDLB Bina Autis Mandiri membeda-bedakan mana anak yang kaya dan miskin, mana
anak keturunan Jawa dan Palembang, semua diperlakukan sama di didik dan di
tuntun tanpa pilih kasih.
·
Metode
adalah cara mengajar yang diterapkan guru di semua mata pelajaran, metode khusus
dalam mengajar anak autis di SDLB Bina Autis Mandiri:
- Metode Ceramah, Ceramah cocok untuk pembelajaran bagi anak autis karena tingkat pemahaman anak autis yang sulit merespon pelajaran.
- Metode Tanya jawab, danya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.
- Metode diskusi dalam belajar, guru memberikan kesempatan kepada para siswa/kelompok siswa yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Dari ke tiga metode di atas dapat disimpulkan bahwa ada satu metode
yang sulit di ikuti anak autis yaitu metode diskusi, untuk itu guru
mengumpulkan anak autis pada
temannya
yang sama autis saja dan di ajari diskusi pelajaran sambil bernyanyi-nyanyi dan
sedikit bermain dengan anak autis.
·
Proses
pembelajaran, di SDLB Bina Autis Mandiri proses belajar mengajarnya dapat
dikatakan kondusif walau banyak situasi yang berbeda disbanding SD biasa
umumnya proses belajar mengajar di kelas tidak selamanya kondusif karena anak autis
tidak bisa lepas dari sifat dan emosi yang suka mendadak. Efek yang timbul pada
anak autis setelah mengikuti pelajaran sebenarnya ada namun sangat sedikit yang
bisa diserap oleh anak autis karena keterbatasan anak terasebut.
·
Komunikasi
adalah hal yang harus dilakukan terus menerus kepada anak autis karena tanpa
komunikasi yang baik maka tujuan yang diinginkan guru sulit untuk dicapai.
Menurut teori Newcomb seorang komunikator dalam hal ini guru sebelum
berkomunikasi dengan komunikannya atau anak autis, maka guru harus memahami
kondisi sikologi anak.
Hambatan Komunikasi Guru pada Anak Autis SDLB Bina Autis Mandiri
Palembang
1.
Hambatan
Guru Menggunakan Komunikasi Verbal Dan Nonverbal, Gangguan komunikasi
verbal dimana anak bisa bicara tapi bicara tidak digunakan untuk komunikasi.
Sebaliknya, gangguan komunikasi non verbal nampak dari hal-hal sederhana
seperti kontak mata yang minimal, tidak memahami bahasa tubuh, sampai dengan
terlambat bicara atau sama sekali tidak bisa berbicara.
2.
Hambatan
dalam merespon pelajaran yang diberikan guru untuk menulis, meniru gerak dan
bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan
gerakan yang terarah dengan benar hal ini terjadi karena mereka memiliki
masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkah lakunya yang dapat
menghambat perkembangan fisik siswa autis tersebut.
3.
Anak
autis yang masi kelas satu sampai tiga itu masih sulit menerima materi
pelajaran dengan baik dan harus diarahkan secara terus menerus, namun bagi anak
yang sudah kelas empat sampai enam mereka sudah bisa menerima materi pelajaran
dengan baik
4.
Guru
mengalami hambatan ketika menyikapi apa yang dilakukan anak autis padanya karena
anak autis tidak bisa disuruh berulang-ulang. Karena tingkat emosi anak autis
sering timbul mendadak dan tak terduga.
5.
Hambatan
Guru Dalam Mengatasi Situasi Dan Kondisi di Kelas, anak autis memiliki sifat
yang beragam dan susah ditebak kapan emosinya tinggi dan kappa anak autis
mengeluarkan sifat aslinya tentu hal ini membuat guru kesulitan mengatasi
situasi dan kondisi di kelas.
6.
Penghambat
guru untuk mengatur anak autis yaitu guru harus menuruti keinginan anak autis
sebentar saja lalu di fokuskan lagi pada pelajaran serta guru harus memiliki kesabaran
yang luar biasa.
7.
Latar
belakang, sosial budaya mereka berbeda-beda, itulah yang menjadi tantangan guru
yang mengajar, menyikapi latar belakang social budaya tentunya tidaklah muda,
banyak hambatan-hambatan yang harus di atasi guru. diantaranya ada anak yang
susah menyesuaikan diri, pendiam, tidak bisa jauh dari orang tuanya, perbedaan
bahasa, serta gaya hidup yang berbeda-beda, tentu itu semua merupakan tantangan
tersendiri bagi guru yang mengajar di kelas.
8.
Pada
umumnya anak autis di yayasan Bina Autis Mandiri yang suda SD mereka telah ikut
terapi terlebi dahulu, jadi untuk masalah berkomunikasi mereka suda bisa berkomunikasi
walau tidak sepeka anak normal. Tidak mudah bagi guru jika selalu berkomunikasi
dengan anak autis karena anak autis sulit untuk merespon, seslalu diarahkan,
dan guru wajib menuruti keinginannya walau sebentar.
Sumber: moraref.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar