https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgliGQTEnMh76JsLGYGrjyB99ftyObtyEfa2ewsOD_VnrpgUuuJAJtlyxaAg_g0gBWJer3qHTyN4vBPDmoysKjro2exiP4oBPoYnVRYnWQP-PuMxmt5txkbCF0aW6cvQTF7Cxg3iP2tXGuB/s800/dance_flow.png Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ

Pengikut

Rabu, 09 Maret 2016

makalah dasar-dasar paud



Eksistensi manusia dan kebutuhan akan pendidikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar PAUD
Dosen Pengampu: Dra. Nadlifah,M. Pd
Disusun oleh:
Devi Puspitasari (15430104)

PENDIDIKAN GURU RAUDLATUL ATHFAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dasar-dasar PAUD tentang ” Eksistensi manusia dan kebutuhan akan pendidikan”.
 Makalah  ilmiah ini telah kami susun dengan  maksimal dan  mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan  makalah  ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam  pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada  kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun  tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Eksistensi manusia dan kebutuhan akan pendidikan  dapat  memberikan  manfaat terhadap pembaca.
   
                                                                                     
Yogyakarta, 7 Maret 2016

Penyusun




Daftar isi
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................      1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................      2
DAFTAR ISI................................................................................................................................      3
BAB I PENDAHULUAN
a.       Latar belakang...................................................................................................................      4
b.      Rumusan masalah..............................................................................................................      4
c.       Tujuan...............................................................................................................................      4
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hakikat manusia................................................................................................................      5
B.     Dimensi-dimensi Manusia dan Dinamikanya....................................................................      6
1.      Dimensi keindividuan...........................................................................................     6
2.      Dimensi kesosialan................................................................................................      6
3.      Dimensi kesusilaan................................................................................................      7
4.      Dimensi keberagamaan.........................................................................................      7
C.     Aliran-aliran dalam Pendidikan........................................................................................      8
1.      Aliran empiris........................................................................................................      8
2.      Aliran nativisme....................................................................................................      8
3.      Aliran naturalisme.................................................................................................      9
4.      Aliran konvergensi................................................................................................      9
5.      Aliran progresivisme.............................................................................................      10
6.      Aliran kontruktivisme...........................................................................................      11
D.    Perbedaan yang hakiki eksistensi antara manusia dengan mahkluk lainnya.....................      11
E.     Sikap dan perilaku sebagai manusia..................................................................................      12
 BAB III PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................................................      13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................      14



BAB I
 PENDAHULUAN
a.       Latar belakang
Fitrah manusia adalah sebagai makhluk ber-tuhan, individual, sosial, dan unik. Seseorang mungkin mempunyai kebutuhan yang sama atau berbeda dengan kebutuhan orang lain pada suatu ruang dan waktu tertentu. Untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan manusia, kebutuhan-kebutuhan itu perlu dipenuhi.
Apabila kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi dengan baik maka mungkin kehidupan manusia akan mengalami hambatan. Dengan kata lain, apabila kebutuhan tidak terpenuhi maka terjadilah masalah. Dan kebutuhan pendidikan merupakan kebutuhan individual yang sangat penting bagi kehidupan yang lebih baik.
b.      Rumusan masalah
1.      Bagaimana hakikat manusia dalam pendidikan?
2.      Bagaimana Dimensi-dimensi Manusia dan Dinamikanya?
3.      Apa saja Aliran-aliran dalam Pendidikan?
4.      Bagaimana perbedaan yang hakiki eksistensi antara manusia dengan mahkluk lainnya?
5.      Bagaimana sikap dan perilaku sebagai manusia/orang yang berpendidikan baik dikelas maupun diluar kelas?
c.       Tujuan
1.      Mengetahui  hakikat manusia dalam pendidikan.
2.      Mengetahui Dimensi-dimensi Manusia dan Dinamikanya.
3.      Mengetahui Aliran-aliran dalam Pendidikan.
4.      Mengetahui perbedaan yang hakiki eksistensi antara manusia dengan mahkluk lainnya.
5.      Mengetahui sikap dan perilaku sebagai manusia/orang yang berpendidikan baik dikelas maupun diluar kelas.



Hakikat Manusia dan Pendidikan
A.  Hakikat Manusia
Banyak terlontar berbagai pandangan tentang hakikat manusia dan kemanusiaan yang dihubungkan dengan sifat dan ciri dan hakiki yang ada pada diri manusia itu sendiri. Ragam pemahaman tentang hakikat manusia tersebut dapat dikaji dalam bahan berikut ini:
1.      Homo religius: pandangan tentang sososk manusia dan hakikat manusia sebagai mahkluk yang beragama. Manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pancipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia pada hakikatnya manusia adalah sebagai makhluk religius yang mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka buni ini.
2.      Homo Sapiens: pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat berfikir atau sebagai animal rationale. Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat tumbuh dan berkembang, namun yang mebedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah manusia memiliki daya pikir, sehingga ia bisa bicara, berfikir, berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik.
3.      Homo Faber: pemahaman tentang manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya.
4.      Homo Homini Socius: kendati sosok  manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada saat yang bersamaan manusia sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya.
5.      Manusia sebagai makhluk etis dan estetis: hakikat manusia pada dasarnya sebagai mahkluk yang memiliki kesadaran susila (etika). Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beuaty) dan rasa estetika (sense of estetics). Sososk manusia yang memiliki cita, ras, dan dimensi keindahan atau estetika lainnya.

Begitu kompleksnya hakikat manusia dan kemanusiaan, serta tak hanya terbatas pada dimensi atau dimensi kejiwaan, terlontar pamehaman lain tentang hakikat manusia dan kemanusiaan yaitu:
a.      Manusia sebagai makhluk monodualis: manusia terdiri dari dua segi yang tak terpisahkan satu sama lain, yaitu hakikat manusia yang ditilik dari segi jiwa dan raga. Atau sosok manusia yang ditoleh dari segi individual dan sosial.
b.      Manusia sebagai makhluk monopluralis: artinya aspek manusia dengan kemanusiaanya terdiri dari banyak segi dan ragam dimensi, tetapi merupakan suatu kesatuan. Lengeveld misalnya, menyebut tiga inti hakiki kemanusiaan yaitu manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk susila.[1]
B. Dimensi-dimensi Manusia dan Dinamikanya
1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai orang-orang, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi ( in devide). Setiap anak yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar  bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan  berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.
2.      Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan menerima. Adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan  untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.
3.        Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai  konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.
4.     Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.[2]


           
 C. Aliran-aliran dalam Pendidikan
1.      Aliran  Empiris
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sedangkan kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir dianggap tidak menentukan. Menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan dan kemauan keras. Anak berusahan mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanupulasi, umpama melalui modifikasi tingkah laku.
Aliran empirisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada, yang dimiliki anak adalah akibat pendidikan baik sifat yang baik maupun sifat  yang jelek. Jadi perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungan atau dengan pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil, sehingga manusia dapat menjadi apa saja atau menuruut kehendak lingkungan atau pendidiknya.
2.      Aliran Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor  lingkungan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan.
Nativisme berpendapat jika anak memiliki bakat jahat dari lahir ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Berdasarkan pandangan ini, keberhasilan pendidikan di tentukan oleh peserta didik sendiri. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat, dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anak membawapembawaan baik, dia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik tidak akan diubah dari kekuatan luar. Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orangtuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada  pada orang tuanya, tetapi pembawaannya itu bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang bisa memengaruhi perkembangan anak dalam menuju kedewasaannya.
Kaum nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut percuma kita mendidik karena yang jahat tidak akan menjadi baik.
3.      Aliran Naturalisme
Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh linkungan, sehingga naturalisme sering disebut negativisme.
Naturalisme memiliki prinsip tentang proses pembelajaran (M.Arifin dan Amiruddin R,1992:9), bahwa peserta didik belajar melalui pengalaman sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampun pertumbuhan dan perkembangan di dalam diri secara alami.
Pendiddik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian peserta didik ke arah pandangan yang positif dan tanggapterhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab belajar tergantung pada diri peserta didik sendiri. Program pendidikan disekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar peserta didik.
4.      Aliran konvergensi
Aliran konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan.
Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil konvergensi. Lingkungan pun mempengaruhi peserta didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya misalnya bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa inggris, atau bahasa makassar dan lain-lain. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungan sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh  adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan, meskipun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang sama.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu.
Variasi-variasi itu tercemin antara lain dalam perbedaan pandangan tentang strategi yang tepat untuk memehami perilaku manusia. Seperti strategi disposisional/konstitusional,strategi phenomenologis/humanistik, strategi behavioral, strategi psikodinamik/psiko-analitik, dan sebagainya. Demikian pula halnya dalam belajar mengajar,variasi pendapat itu telah menyebabkan munculnya berbagai teori belajar dan teori/model mengajar.
Jadi tegasnya proses pendidikan adalah hasil kerja sama dari faktor-faktor yang dibawa ketika lahir dengan lingkungan.
5.      Aliran Progresivisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan
yang wajar  dan dapat menghadapi serta mengatasi  masalah yang bersifat menekan,
ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal ini ditunjukan dengan fakta bahwa peserta didik mempunyai kelebihan jika dibnading makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
6.      Aliran Konstruktivisme
Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya.
Aliran kontruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang telah diterima lewat pancaindra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan untuk menggali pengalaman. [3]
            D. Perbedaan yang hakiki eksistensi antara manusia dengan mahkluk lainnya.
Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan fisiologisnya. Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat di temukan intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan, sehinnag memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah di gariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.
Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang di banding dengan makhluk lain.
Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk yang memiliki karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk yang lain adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan menusia adalah kemampuan untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang dapat hidup di darat dan di air, namun tetap saja mempunyai kterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain di i surat al-Isra ayat 70.
Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.[4]
E. Sikap dan perilaku sebagai manusia/orang yang berpendidikan baik dikelas maupun diluar kelas.
a.       Didalam kelas:
1.      Peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan dengan temannya sendiri dan masyarakat sekitar.
2.      Peserta didik belajar taat kepada peraturan/tahu disiplin.
3.      Mempersiapkan peserta didik terjun di masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku.
b.      Diluar kelas:
1.      Berlatih memimpin di masyarakat.
2.      Peserta didik berlatih bekerjasama dengan masyarakat.
3.      Peserta didik belajar dalam berorganisasi dalam masyarakat.
4.      Peserta didik belajar dengan hidup demokratis di masyarakat.[5]



PENUTUP
Kesimpulan :
Manusia sebagai makhluk monodualis: manusia terdiri dari dua segi yang tak terpisahkan satu sama lain, yaitu hakikat manusia yang ditilik dari segi jiwa dan raga. Atau sosok manusia yang ditoleh dari segi individual dan sosial. Manusia sebagai makhluk monopluralis: artinya aspek manusia dengan kemanusiaanya terdiri dari banyak segi dan ragam dimensi, tetapi merupakan suatu kesatuan. Terdiri dari empat dimensi: individualis, kesosialan, kesusilaan, keberagaman. Ada enam aliran dalam pendidikan yaitu aliran empirisme, nativisme, naturalisme, konvergensi, progresivisme dan konstruktivisme. Perbedaan di antara manusia dan mahkluk lainnya  terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan.




DAFTAR PUSTAKA
Abdul kadir.2012. dasar-dasar pendidikan.Jakarta:Kencana.
Anwar hafid.2013. Konsep dasar ilmu pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Abu ahmadi.2001.Ilmu pendidikan. Jakarta:Rhineka Cipta.
http:/niniksarofah.blogspot.co.id/2013/11/materi-pengantar-ilmu-pendidikan.html/.(02 maret 2016) 23:39

















[1] http:/niniksarofah.blogspot.co.id/2013/11/materi-pengantar-ilmu-pendidikan.html/
[2] Hafid anwar, Konsep dasar ilmu pendidikan, Bandung ,2013, hlm 15-21.
[3] Kadir abdul, Dasar-dasar pendidikan, Jakarta,2012, hlm 126-130.
[4] https://aristasefree.wordpress.com/tag/persamaan-dan-perbedaan-manusia-dengan-makluk-lain/
[5] Ahmadi abu, Ilmu pendidikan, Jakarta, 2001,hlm 163- 174.

1 komentar:

  1. Jammin' Jars slot machine online at Jammin' Jars - JTGHub
    › › Video › › Video A new version of Jammin Jars is the new 화성 출장샵 addition 포천 출장마사지 to the Jammin Jars casino app. It will be 대전광역 출장마사지 available on both Windows, Mac, Android and Apple devices. Rating: 목포 출장안마 4.4 3,843 reviews Price range: $$$ 용인 출장샵

    BalasHapus