Eksistensi manusia dan kebutuhan
akan pendidikan.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar PAUD
Dosen
Pengampu: Dra. Nadlifah,M. Pd
Disusun
oleh:
Devi
Puspitasari (15430104)
PENDIDIKAN GURU RAUDLATUL ATHFAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dasar-dasar PAUD tentang ” Eksistensi
manusia dan kebutuhan akan pendidikan”.
Makalah
ilmiah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah
tentang Eksistensi manusia dan kebutuhan akan pendidikan dapat
memberikan manfaat terhadap
pembaca.
Yogyakarta, 7 Maret 2016
Penyusun
Daftar
isi
HALAMAN
JUDUL................................................................................................................... 1
KATA
PENGANTAR................................................................................................................. 2
DAFTAR
ISI................................................................................................................................ 3
BAB
I PENDAHULUAN
a. Latar
belakang................................................................................................................... 4
b. Rumusan
masalah.............................................................................................................. 4
c. Tujuan............................................................................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN
A. Hakikat
manusia................................................................................................................ 5
B. Dimensi-dimensi
Manusia dan Dinamikanya.................................................................... 6
1.
Dimensi keindividuan...........................................................................................
6
2.
Dimensi kesosialan................................................................................................ 6
3.
Dimensi kesusilaan................................................................................................ 7
4.
Dimensi keberagamaan......................................................................................... 7
C. Aliran-aliran
dalam Pendidikan........................................................................................ 8
1.
Aliran empiris........................................................................................................ 8
2.
Aliran nativisme.................................................................................................... 8
3.
Aliran naturalisme................................................................................................. 9
4.
Aliran konvergensi................................................................................................ 9
5.
Aliran progresivisme............................................................................................. 10
6.
Aliran kontruktivisme........................................................................................... 11
D.
Perbedaan yang hakiki eksistensi antara
manusia dengan mahkluk lainnya..................... 11
E. Sikap
dan perilaku sebagai manusia.................................................................................. 12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................................. 14
BAB
I
PENDAHULUAN
a. Latar
belakang
Fitrah
manusia adalah sebagai makhluk ber-tuhan, individual, sosial, dan unik.
Seseorang mungkin mempunyai kebutuhan yang sama atau berbeda dengan kebutuhan
orang lain pada suatu ruang dan waktu tertentu. Untuk memelihara dan
mengembangkan kehidupan manusia, kebutuhan-kebutuhan itu perlu dipenuhi.
Apabila
kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi dengan baik maka mungkin kehidupan manusia
akan mengalami hambatan. Dengan kata lain, apabila kebutuhan tidak terpenuhi
maka terjadilah masalah. Dan kebutuhan pendidikan merupakan kebutuhan
individual yang sangat penting bagi kehidupan yang lebih baik.
b. Rumusan
masalah
1. Bagaimana
hakikat manusia dalam pendidikan?
2.
Bagaimana Dimensi-dimensi Manusia dan
Dinamikanya?
3. Apa
saja Aliran-aliran dalam Pendidikan?
4. Bagaimana
perbedaan yang hakiki eksistensi antara manusia dengan mahkluk lainnya?
5. Bagaimana
sikap dan perilaku sebagai manusia/orang yang berpendidikan baik dikelas maupun
diluar kelas?
c. Tujuan
1. Mengetahui
hakikat manusia dalam pendidikan.
2.
Mengetahui Dimensi-dimensi Manusia dan
Dinamikanya.
3. Mengetahui
Aliran-aliran dalam Pendidikan.
5. Mengetahui
sikap dan perilaku sebagai manusia/orang yang berpendidikan baik dikelas maupun
diluar kelas.
Hakikat
Manusia dan Pendidikan
A. Hakikat
Manusia
Banyak
terlontar berbagai pandangan tentang hakikat manusia dan kemanusiaan yang
dihubungkan dengan sifat dan ciri dan hakiki yang ada pada diri manusia itu
sendiri. Ragam pemahaman tentang hakikat manusia tersebut dapat dikaji dalam
bahan berikut ini:
1. Homo
religius: pandangan tentang sososk manusia dan hakikat manusia sebagai mahkluk
yang beragama. Manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan.
Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pancipta Alam Semesta. Oleh
sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia pada hakikatnya manusia adalah sebagai
makhluk religius yang mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur
seluruh sistem kehidupan dimuka buni ini.
2. Homo
Sapiens: pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat
berfikir atau sebagai animal rationale.
Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat tumbuh dan berkembang, namun
yang mebedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah manusia
memiliki daya pikir, sehingga ia bisa bicara, berfikir, berbuat, belajar, dan
memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik.
3. Homo Faber:
pemahaman tentang manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas). Manusia
dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan
sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain
(sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya.
4. Homo Homini
Socius: kendati sosok manusia sebagai
makhluk individu, makhluk yang memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda
antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada saat yang bersamaan manusia
sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya.
5. Manusia
sebagai makhluk etis dan estetis: hakikat manusia pada dasarnya sebagai mahkluk
yang memiliki kesadaran susila (etika). Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman
tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beuaty) dan rasa estetika (sense of estetics). Sososk manusia yang memiliki
cita, ras, dan dimensi keindahan atau estetika lainnya.
Begitu
kompleksnya hakikat manusia dan kemanusiaan, serta tak hanya terbatas pada
dimensi atau dimensi kejiwaan, terlontar pamehaman lain tentang hakikat manusia
dan kemanusiaan yaitu:
a.
Manusia
sebagai makhluk monodualis: manusia terdiri dari dua segi yang tak terpisahkan
satu sama lain, yaitu hakikat manusia yang ditilik dari segi jiwa dan raga.
Atau sosok manusia yang ditoleh dari segi individual dan sosial.
b.
Manusia
sebagai makhluk monopluralis: artinya aspek manusia dengan kemanusiaanya
terdiri dari banyak segi dan ragam dimensi, tetapi merupakan suatu kesatuan.
Lengeveld misalnya, menyebut tiga inti hakiki kemanusiaan yaitu manusia sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk susila.[1]
B. Dimensi-dimensi Manusia dan
Dinamikanya
1. Dimensi
Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai
orang-orang, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi
( in devide). Setiap anak yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk
menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Selanjutnya
individu diartikan sebagai pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap
orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung
jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya individualitas
pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas secara
potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui
pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui
pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang
memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk
semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas
sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta
didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola
pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh
dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola
pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat
otoriter) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.
2.
Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan
untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada
hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan menerima. Adanya
dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Seseorang
dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi
dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain,
mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya,
serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan
sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan
menghayati kemanusiaanya.
3.
Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila
yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan
bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang
pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu
maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam
istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan
kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). hakikatnya manusia
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya
sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.
4.
Dimensi
Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah
mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah
mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan
agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran
vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan
agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan
pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping
itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.[2]
C. Aliran-aliran dalam Pendidikan
1. Aliran
Empiris
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya
mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sedangkan kemampuan
dasar yang dibawa sejak lahir dianggap tidak menentukan. Menurut kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat,
meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan
oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan dan
kemauan keras. Anak berusahan mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan
bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut
aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai
makhluk yang pasif dan dapat dimanupulasi, umpama melalui modifikasi tingkah
laku.
Aliran empirisme mengatakan bahwa pembawaan itu
tidak ada, yang dimiliki anak adalah akibat pendidikan baik sifat yang baik
maupun sifat yang jelek. Jadi
perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh
lingkungan atau dengan pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil,
sehingga manusia dapat menjadi apa saja atau menuruut kehendak lingkungan atau
pendidiknya.
2. Aliran
Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa
perkembangan individu ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Faktor lingkungan kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan.
Nativisme berpendapat jika anak memiliki
bakat jahat dari lahir ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki
bakat baik ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat
yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Berdasarkan pandangan ini, keberhasilan
pendidikan di tentukan oleh peserta didik sendiri. Penganut pandangan ini
menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat, dia akan menjadi jahat,
sebaliknya kalau anak membawapembawaan baik, dia akan menjadi orang baik.
Pembawaan buruk dan baik tidak akan diubah dari kekuatan luar. Meskipun dalam
kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orangtuanya (secara fisik)
dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada
pada orang tuanya, tetapi pembawaannya itu bukanlah satu-satunya faktor
yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang bisa memengaruhi
perkembangan anak dalam menuju kedewasaannya.
Kaum nativisme mengatakan bahwa
pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar
pendapat tersebut percuma kita mendidik karena yang jahat tidak akan menjadi
baik.
3. Aliran
Naturalisme
Naturalisme mempunyai pandangan bahwa
setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan
tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh linkungan, sehingga naturalisme
sering disebut negativisme.
Naturalisme memiliki prinsip tentang
proses pembelajaran (M.Arifin dan Amiruddin R,1992:9), bahwa peserta didik
belajar melalui pengalaman sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampun pertumbuhan dan perkembangan di dalam diri secara
alami.
Pendiddik hanya menyediakan lingkungan
belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau
narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian peserta
didik ke arah pandangan yang positif dan tanggapterhadap kebutuhan untuk
memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab belajar
tergantung pada diri peserta didik sendiri. Program pendidikan disekolah harus
disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang
berorientasi kepada pola belajar peserta didik.
4. Aliran
konvergensi
Aliran konvergensi merupakan kompromi
atau kombinasi dari aliran nativisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat
bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan
perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor
pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting. Bakat yang dibawa pada
waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan
yang sesuai untuk perkembangan.
Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak
manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil konvergensi. Lingkungan
pun mempengaruhi peserta didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena
itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya misalnya
bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa inggris, atau bahasa makassar dan lain-lain.
Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungan sama) untuk
mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan
perbedaan situasi lingkungan, meskipun lingkungan kedua anak tersebut
menggunakan bahasa yang sama.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima
secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia.
Meskipun demikian terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang
paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu.
Variasi-variasi itu tercemin antara lain
dalam perbedaan pandangan tentang strategi yang tepat untuk memehami perilaku
manusia. Seperti strategi disposisional/konstitusional,strategi
phenomenologis/humanistik, strategi behavioral, strategi
psikodinamik/psiko-analitik, dan sebagainya. Demikian pula halnya dalam belajar
mengajar,variasi pendapat itu telah menyebabkan munculnya berbagai teori
belajar dan teori/model mengajar.
Jadi tegasnya proses pendidikan adalah
hasil kerja sama dari faktor-faktor yang dibawa ketika lahir dengan lingkungan.
5. Aliran
Progresivisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia
mempunyai kemampuan-kemampuan
yang
wajar dan dapat menghadapi serta
mengatasi masalah yang bersifat menekan,
ataupun
masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta didik
mempunyai akal dan kecerdasan. Hal ini ditunjukan dengan fakta bahwa peserta
didik mempunyai kelebihan jika dibnading makhluk lain. Manusia memiliki sifat
dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan
memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang
secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
6. Aliran
Konstruktivisme
Aliran ini dikembangkan oleh Jean
Piaget. Melalui teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan
merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya.
Aliran kontruktivisme ini menegaskan
bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri
seseorang, melalui pengalaman yang telah diterima lewat pancaindra, yaitu
penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian,
aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang
kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa
dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu,
perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika
pembelajaran ini ditujukan untuk menggali pengalaman. [3]
D. Perbedaan yang hakiki eksistensi
antara manusia dengan mahkluk lainnya.
Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah
laku yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf
bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola
tindakannya. Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat di temukan
intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan,
sehinnag memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah di gariskan
secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen
dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.
Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung
oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada
dimensi pengtahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan
dan keunggulan yang di banding dengan makhluk lain.
Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan
makhluk yang memiliki karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak
begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang.
Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk yang lain
adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja
yang memilikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang
bersifat instinctif.
Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan menusia adalah kemampuan
untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedan binatang hanya mampu
bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang dapat hidup di
darat dan di air, namun tetap saja mempunyai kterbatasan dan tidak bisa
melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain di i surat
al-Isra ayat 70.
Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami
ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu
berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.[4]
E.
Sikap dan perilaku sebagai manusia/orang yang berpendidikan baik dikelas maupun
diluar kelas.
a. Didalam
kelas:
1. Peserta
didik dapat bergaul dengan guru, karyawan dengan temannya sendiri dan
masyarakat sekitar.
2. Peserta
didik belajar taat kepada peraturan/tahu disiplin.
3. Mempersiapkan
peserta didik terjun di masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku.
b. Diluar
kelas:
1. Berlatih
memimpin di masyarakat.
2. Peserta
didik berlatih bekerjasama dengan masyarakat.
3. Peserta
didik belajar dalam berorganisasi dalam masyarakat.
4. Peserta
didik belajar dengan hidup demokratis di masyarakat.[5]
PENUTUP
Kesimpulan :
Manusia
sebagai makhluk monodualis: manusia terdiri dari dua segi yang tak terpisahkan
satu sama lain, yaitu hakikat manusia yang ditilik dari segi jiwa dan raga.
Atau sosok manusia yang ditoleh dari segi individual dan sosial. Manusia
sebagai makhluk monopluralis: artinya aspek manusia dengan kemanusiaanya
terdiri dari banyak segi dan ragam dimensi, tetapi merupakan suatu kesatuan. Terdiri
dari empat dimensi: individualis, kesosialan, kesusilaan, keberagaman. Ada enam
aliran dalam pendidikan yaitu aliran empirisme, nativisme, naturalisme,
konvergensi, progresivisme dan konstruktivisme. Perbedaan di
antara manusia dan mahkluk lainnya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran,
dan tingkat tujuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul kadir.2012.
dasar-dasar pendidikan.Jakarta:Kencana.
Anwar hafid.2013.
Konsep dasar ilmu pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Abu ahmadi.2001.Ilmu
pendidikan. Jakarta:Rhineka Cipta.
https://aristasefree.wordpress.com/tag/persamaan-dan-perbedaan-manusia-dengan-makluk-lain/.(02
maret 2016) 23:23
http:/niniksarofah.blogspot.co.id/2013/11/materi-pengantar-ilmu-pendidikan.html/.(02
maret 2016) 23:39
[1] http:/niniksarofah.blogspot.co.id/2013/11/materi-pengantar-ilmu-pendidikan.html/
[2] Hafid
anwar, Konsep dasar ilmu pendidikan, Bandung ,2013, hlm 15-21.
[3] Kadir
abdul, Dasar-dasar pendidikan, Jakarta,2012, hlm 126-130.
[4] https://aristasefree.wordpress.com/tag/persamaan-dan-perbedaan-manusia-dengan-makluk-lain/
[5] Ahmadi
abu, Ilmu pendidikan, Jakarta, 2001,hlm 163- 174.
Jammin' Jars slot machine online at Jammin' Jars - JTGHub
BalasHapus› › Video › › Video A new version of Jammin Jars is the new 화성 출장샵 addition 포천 출장마사지 to the Jammin Jars casino app. It will be 대전광역 출장마사지 available on both Windows, Mac, Android and Apple devices. Rating: 목포 출장안마 4.4 3,843 reviews Price range: $$$ 용인 출장샵