https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgliGQTEnMh76JsLGYGrjyB99ftyObtyEfa2ewsOD_VnrpgUuuJAJtlyxaAg_g0gBWJer3qHTyN4vBPDmoysKjro2exiP4oBPoYnVRYnWQP-PuMxmt5txkbCF0aW6cvQTF7Cxg3iP2tXGuB/s800/dance_flow.png Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ

Pengikut

Senin, 06 November 2017

Strategi Komunikasi Guru pada Anak Autis di Sekolah Luar Biasa Harapan Mandiri Yayasan Bina Autis Mandiri Palembang




Strategi Komunikasi Guru pada Anak Autis di Sekolah Luar Biasa
Harapan Mandiri Yayasan Bina Autis Mandiri Palembang
Dian Pramana
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
E-mail: dianpramana_uin@radenfatah.ac.id
Strategi merupakan upaya untuk mencari cara, atau mencari langkah yang pas dalam mengerjakan sesuatu kegiatan. Strategi dalam suatu kegiatan dapat diartikan sebagai langkah-langkah operasional dalam menuju terlaksananya suatu kegiatan (Usman, 2000: 1). Ilmu komunikasi sendiri adalah bagian dari ilmu sosial yang sasarannya adalah pernyataan dan teknik penyampaian manusia. Anak autis adalah kondisi anak yang mengalami gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup bidang sosial, komunikasi verbal dan non-verbal, imajinasi, fleksibilitas, kognisidanatensi. Sekolah Luar Biasa adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam penelitian ini terdapat dua informan yaitu : Informan kunci yaitu 10 guru. Sedangkan Informan pendukung yaitu 12 orang tua wali. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dimana sumber datanya diperoleh dan dikumpulkan dari hasil pengolahan data kualitatif. Mengenai tehnik pemngumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi yang berhubungan dengan skripsi ini. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan pola pengajaran terhadap anak autis yang ada di yayasan Bina Autis Mandiri.
Strategi Komunikasi Guru pada Anak Autis SDLB Bina Autis Mandiri Palembang
Wawancara yang di tujukakan kepada guru yang mengajar anak autis di SDLB Bina Autis Mandiri dari kelas satu sampai kelas enam.Dan diperoleh data tentang strategi komunikasi guru pada anak autis sebagai berikut:
·         Bahasa dalam berkomunikasi dengan anak autis guru di SDLB Bina Autis Mandiri menggunakan bahasa secara verbal (sebagai penyampaian pesan melalui perkataan, suara atau bahasa baik lisan maupun tertulis) dan nonverbal (sebagai penyampaian pesan melalui isyarat, gerak tubuh dan tanpa melalui kata-kata (Mulyana, 2002: 34)). Untuk komunikasi yang paling mudah dimengerti oleh anak autis kebanyakan komunikasi nonverbal, karena anak autis memahami bahasa tubuh, paham akan perintah guru, gerak tubuh serta pendengaran dari anak autis sangat peka, anak autis tidak suka di suruh berulang-ulang makanya guru kalau memberikan perintah cukup satu kali namun tegas anak autis di SD sudah bisa merespon materi yang diberikan guru kepadanya namun ada saat-saat anak autis tidak mau menuruti perintah guru yaitu ketika ia tantrum dan emosinya sedang tinggi, pada saat itulah anak autis mengeluarkan sifat aslinya.
·         Cara menyampaikan materi oleh guru, Cara guru SDLB Bina Autis Mandiri dalam menyampaikan materi yaitu seperti biasa, guru menyampaikan materi sesuai kurikulum . Anak autis hanya menerima materi pelajaran sesuai kemampuan anak autis itu sendiri sedangkan guru hanya memberikan materi lebih sedikit disbanding anak normal umumnya.
·         Perilaku Guru Agar Direspon . Gerakan lucu dengan menggunakan topeng atau apa saja yang bisa menarik perhatian anak-anak digunakan oleh para guru diSLB permata hati tersebut, Guru berusaha untuk mengetahui apa yang dialami anak didiknya, anak autis tidak boleh dididik dengan kekerasan, mendidik anak autis haruslah dengan kesabaran yang tinggi serta perhatian yang lebih pada anak autis agar anak autis bisa belajar dengan tenang.
·         Situasi dan Kondisi Prinsip yang ke lima yaitu tentang pengaruh situasi dan kondisi di kelas pada proses belajar mengajar guru. Situasi di SDLB guru yang pertama menyampaikan materi pelajaran, guru yang ke dua memantau situasi dan kondisi kelas agar tidak ada yang rebut, guru yang ke tiga khusus menjaga anak autis. Dengan berbagai karekter anak autis di kelas maka tentu situasi dan kondisi tersebut sangat mengganggu proses belajar mengajar dikelas dan guru mengatasi situasi tersebut dengan selalu mengarahkan dan ditenangkan serta di beri penegasan anak tersebut, namun jika ada anak autis yang tidak bisa di arahkan dandi tegaskan, maka guru mengajak cerita, menggambar, dan bermain sebentar, dan untuk anak suka menjerit maka dengan cara mematikan kipas angin dan di arahkan maka anak tersebut diam dengan sendirinya.
·         Perilaku guru agar anak autis tidak balik menyerang jika ditegasi dan diarahkan sangat penting bagi guru memiliki cara-cara tersendiri dalam menghadapi tingkah anak didiknya. Guru SDLB Bina Autis Mandiri melakukan cara-cara sebagai berikut: Cukup tegur satu kali saja, Jangan sering di ajak ngobrol, Diberikan pujian pada anak tersebut, Dikunci badannya menggunakan meja agar tidak berontak. Dengan cara-cara di atas maka anak autis tidak akan balik menyerang atau memukul gurunya jika di beri arahan.
·         Dalam setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran, Di SDLB Bina Autis Mandiri guru yang mengajar memiliki tahapan dalam proses belajar Mengajar. Sebelum masuk kelas berbaris terlebi dahulu, Berdoa bersama-sama, Bernyanyi lagu-lagu riyang, Masuk kelas masing-masing, Guru menyapa anak-anak dengan wajah yang riyang, Absen , Hafalan Juz Amma, Mengarahkan anak autis ikuti pelajaran, Belajar, Istirahat, Berdo‟a sebelum pulang, dan Bagi anak autis ia di antar pulang sampai ke gerbang dan bertemu orang tuanya. Adapun bernyanyi tujuannya adalah untuk melatih konsentrasi anak autis dan melatih respon anak autis yang pendiam agar ikut paling tidak sedikit bernyanyi atau tepuk tangan. Anak autis harus di arahkan karena tingkat komunikasi dan respon anak autis sangat berbeda dibanding anak normal, anak autis di antar sampai ke gerbang sekolah bertujuan agar anak autis bisa terarah dan anak autis merasa di kasihi dan di sayangi oleh gurunya.
·         Perbedaan latar belakang, sosial budaya, pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajarmengajar, melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya di dalam maupun diluar sekolah. Latar belakang, sosial budaya tidak membuat guru membeda-bedakan mana anak Jawa, Cina, Palembang, Padang, bahkan bahasa yang digunakan di kelas semua sama yaitu bahasa Indonesia, namun kalau di luar kelas seperti senam dan olahraga guru berkomunikasi dengan anak autis dengan bahasa Palembang. Sesuai dengan jawaban di atas, maka latar belakang sosial budaya tidak membuat guru di SDLB Bina Autis Mandiri membeda-bedakan mana anak yang kaya dan miskin, mana anak keturunan Jawa dan Palembang, semua diperlakukan sama di didik dan di tuntun tanpa pilih kasih.
·         Metode adalah cara mengajar yang diterapkan guru di semua mata pelajaran, metode khusus dalam mengajar anak autis di SDLB Bina Autis Mandiri:
  •  Metode Ceramah, Ceramah cocok untuk pembelajaran bagi anak autis karena tingkat pemahaman anak autis yang sulit merespon pelajaran.
  • Metode Tanya jawab, danya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.
  • Metode diskusi dalam belajar, guru memberikan kesempatan kepada para siswa/kelompok siswa yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Dari ke tiga metode di atas dapat disimpulkan bahwa ada satu metode yang sulit di ikuti anak autis yaitu metode diskusi, untuk itu guru mengumpulkan anak autis pada
temannya yang sama autis saja dan di ajari diskusi pelajaran sambil bernyanyi-nyanyi dan sedikit bermain dengan anak autis.
·         Proses pembelajaran, di SDLB Bina Autis Mandiri proses belajar mengajarnya dapat dikatakan kondusif walau banyak situasi yang berbeda disbanding SD biasa umumnya proses belajar mengajar di kelas tidak selamanya kondusif karena anak autis tidak bisa lepas dari sifat dan emosi yang suka mendadak. Efek yang timbul pada anak autis setelah mengikuti pelajaran sebenarnya ada namun sangat sedikit yang bisa diserap oleh anak autis karena keterbatasan anak terasebut.
·         Komunikasi adalah hal yang harus dilakukan terus menerus kepada anak autis karena tanpa komunikasi yang baik maka tujuan yang diinginkan guru sulit untuk dicapai. Menurut teori Newcomb seorang komunikator dalam hal ini guru sebelum berkomunikasi dengan komunikannya atau anak autis, maka guru harus memahami kondisi sikologi anak.